Membaca dan menelaah Surat Keputusan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Regional Sulawesi, Maluku, dan Papua yang menjadikan H. Ali Gandong sebagai tersangka karena diduga telah melakukan perusakan lingkungan, dinilai aneh oleh Forum Peduli Selayar. Sebab, tidak ada kawasan hutan mangrove di Benteng Utara Selayar yang dirusak, apa lagi di musnahkan.
'Yang ada sebelumnya menurut kami adalah beberapa batang bakau liar. Sekali lagi saya pertegas bahwa apa yang kami liat selama kurun waktu hampir 30 tahun, yang ada hanya beberapa pohon bakau tumbuh liar, artinya tidak dipelihara oleh siapapun dan bukan kawasan hutan lindung atau lahan hutan bakau seperti dalam imaginasi seorang yang kerap melihat hutan bakau,' demikian Sigit Sugiman Wakil Ketua Forum Peduli Selayar kepada sejumlah wartawan.
'Tolong ditulis tebal bahwa yang ada di lahan tersebut adalah tumbuhan yang biasa tumbuh di sejumlah tempat yang digenangi campuran air laut dan tawar, atau di sekitar muara yang telah beralih ke muara baru oleh perubahan alam,' imbuh Sigit.
Sigit Sugiman merasa perlu menjelaskan hal itu kepada sejumlah pekerja media, setelah mendengar bahwa persoalan terebut telah mencuat pada jalur hukum dengan tersangka H. Ali Gandong sebagai pemilik lahan. 'Ini perlu dan sangat penting diluruskan dan perlu memberikan informasi kepada pihak terkait yang menetapkan Pak Haji, sebagai tersangka jangan sampai bisa menjadi sebuah kesalahan,' kata Sigit. Ia juga menambahkan bahwa FPS hanya prihatin dan merasa lucu bila bekas alur air muara sungai Bua Bua tiba tiba mencuat dan mendudukkan Pak Haji sebagi tersangka.
saya siap menjadi saksi karena kami di Forum Peduli Selayar punya banyak dokumetasi bahwa pada lahan yang di maksud sangat kumuh dan kotor. Malah bila Pak Menteri pernah ke Selayar dan tidak hanya menerima laporan semata , kawasan dimaksud sangat rawan menjadi tempat perkembang biakan nyamuk DBD yang membahayakan warga sekitar.
Jangan hanya terima laporan langsung naik pitam seperti itu Pak, sambil menunjuk kepada sejumlah wartawan, secara tegas Wakil Ketua FPS bidang Pengawasan dan Pemantau Pembangunan meminta agar dalam persoalan ini marilah kita melakukan kajian obyek permasalahan.
Bila menilik dari awal ke lokasi dimaksud, maka kami dari FPS malah sangat berterima kasih kepada Pak Haji Ali Gandong karena telah berjasa besar bagi Kabupaten Selayar, telah membersihkan eks genangan air hujan dan aliran buangan air comberan yang bila pasang air laut di bibir pantai Bua Bua, sangat merusak pemandangan kota.
Belum lagi bila musim hujan sangat beresiko berjangkitnya penyakit malaria bagi ratusan KK di sepanjang jalan pinggir kanal jalan Senggol yang saat ini telah rata dan kelihatan bersih.
'Saya pernah bertemu langsung dengan warga setempat menanyakan langsung perihal apa yang di persoalkan dan dibesar-besarkan sejumlah elemen mahasiswa ke DPRD Selayar dan malah pernah melakukan aksi ke Makassar. Dari penjelasan warga, terkait apa yang telah diperbuat oleh Pak Haji, warga malah senang karena saat ini batas pandang ke arah utara sudah terbuka dan tidak sempit lagi. Malah kalau dipandang dari sebelah timur ke arah barat, saat ini sudah tampak jelas bahwa dengan latar jembatan metro Bua Bua, keindahan pantai utara ibu kota Kabupaten Selayar ini semakin memikat,' lanjut Sigit.
'Lantas apa sebenarnya yang menimpa Pak Haji, siapa yang keberatan dan kenapa seperti itu, Aneh bin Ajaib, ada dendam apa kepada Beliau ya?' tanya Sigit di sela-sela perbincangan mengenai persiapan pemilukada selayar 23 Juni 2010 tinggal beberapa hari lagi.
Forum Peduli Selayar, melalui media ini menyampaikan kepada pihak-pihak yang punya kepentingan terhadap lahan yang saat ini telah bersih dan indah untuk tidak mengkambing-hitamkan Pak Haji, yang menurut kami tidak ada persoalan apa-apa.
'Kami siap bersaksi karena kami punya gambar bukti sejak dari awal mengenai daerah tersebut rawan perkembang biakan nyamuk DBD. Melalui media ini juga kami menitip salam dan permintaan maaf kami kepada Pak Haji Ali Gandong karena pemerintah kami sepertinya belum tahu betul tentang sosok kebaikan Pak Haji kepada Lingkungan dan Masyarakat Selayar,' kunci Sigit Suigiman kepada Pewarta Indonesia dan wartawan lainnya. (lolo silajara)
'Yang ada sebelumnya menurut kami adalah beberapa batang bakau liar. Sekali lagi saya pertegas bahwa apa yang kami liat selama kurun waktu hampir 30 tahun, yang ada hanya beberapa pohon bakau tumbuh liar, artinya tidak dipelihara oleh siapapun dan bukan kawasan hutan lindung atau lahan hutan bakau seperti dalam imaginasi seorang yang kerap melihat hutan bakau,' demikian Sigit Sugiman Wakil Ketua Forum Peduli Selayar kepada sejumlah wartawan.
'Tolong ditulis tebal bahwa yang ada di lahan tersebut adalah tumbuhan yang biasa tumbuh di sejumlah tempat yang digenangi campuran air laut dan tawar, atau di sekitar muara yang telah beralih ke muara baru oleh perubahan alam,' imbuh Sigit.
Sigit Sugiman merasa perlu menjelaskan hal itu kepada sejumlah pekerja media, setelah mendengar bahwa persoalan terebut telah mencuat pada jalur hukum dengan tersangka H. Ali Gandong sebagai pemilik lahan. 'Ini perlu dan sangat penting diluruskan dan perlu memberikan informasi kepada pihak terkait yang menetapkan Pak Haji, sebagai tersangka jangan sampai bisa menjadi sebuah kesalahan,' kata Sigit. Ia juga menambahkan bahwa FPS hanya prihatin dan merasa lucu bila bekas alur air muara sungai Bua Bua tiba tiba mencuat dan mendudukkan Pak Haji sebagi tersangka.
saya siap menjadi saksi karena kami di Forum Peduli Selayar punya banyak dokumetasi bahwa pada lahan yang di maksud sangat kumuh dan kotor. Malah bila Pak Menteri pernah ke Selayar dan tidak hanya menerima laporan semata , kawasan dimaksud sangat rawan menjadi tempat perkembang biakan nyamuk DBD yang membahayakan warga sekitar.
Jangan hanya terima laporan langsung naik pitam seperti itu Pak, sambil menunjuk kepada sejumlah wartawan, secara tegas Wakil Ketua FPS bidang Pengawasan dan Pemantau Pembangunan meminta agar dalam persoalan ini marilah kita melakukan kajian obyek permasalahan.
Bila menilik dari awal ke lokasi dimaksud, maka kami dari FPS malah sangat berterima kasih kepada Pak Haji Ali Gandong karena telah berjasa besar bagi Kabupaten Selayar, telah membersihkan eks genangan air hujan dan aliran buangan air comberan yang bila pasang air laut di bibir pantai Bua Bua, sangat merusak pemandangan kota.
Belum lagi bila musim hujan sangat beresiko berjangkitnya penyakit malaria bagi ratusan KK di sepanjang jalan pinggir kanal jalan Senggol yang saat ini telah rata dan kelihatan bersih.
'Saya pernah bertemu langsung dengan warga setempat menanyakan langsung perihal apa yang di persoalkan dan dibesar-besarkan sejumlah elemen mahasiswa ke DPRD Selayar dan malah pernah melakukan aksi ke Makassar. Dari penjelasan warga, terkait apa yang telah diperbuat oleh Pak Haji, warga malah senang karena saat ini batas pandang ke arah utara sudah terbuka dan tidak sempit lagi. Malah kalau dipandang dari sebelah timur ke arah barat, saat ini sudah tampak jelas bahwa dengan latar jembatan metro Bua Bua, keindahan pantai utara ibu kota Kabupaten Selayar ini semakin memikat,' lanjut Sigit.
'Lantas apa sebenarnya yang menimpa Pak Haji, siapa yang keberatan dan kenapa seperti itu, Aneh bin Ajaib, ada dendam apa kepada Beliau ya?' tanya Sigit di sela-sela perbincangan mengenai persiapan pemilukada selayar 23 Juni 2010 tinggal beberapa hari lagi.
Forum Peduli Selayar, melalui media ini menyampaikan kepada pihak-pihak yang punya kepentingan terhadap lahan yang saat ini telah bersih dan indah untuk tidak mengkambing-hitamkan Pak Haji, yang menurut kami tidak ada persoalan apa-apa.
'Kami siap bersaksi karena kami punya gambar bukti sejak dari awal mengenai daerah tersebut rawan perkembang biakan nyamuk DBD. Melalui media ini juga kami menitip salam dan permintaan maaf kami kepada Pak Haji Ali Gandong karena pemerintah kami sepertinya belum tahu betul tentang sosok kebaikan Pak Haji kepada Lingkungan dan Masyarakat Selayar,' kunci Sigit Suigiman kepada Pewarta Indonesia dan wartawan lainnya. (lolo silajara)