MEDIA SELAYAR. Miris, kalau melihat apa yang dialami keluarga Supriadi (30) yang tinggal di sebuah gubuk beratap tenda berlantai tanah dengan ukuran kurang lebih 2 x 3 meteran. Digubuk tidak layak huni inilah Keluarga Supriadi berteduh dari panas dan hujan bersama 2 anak dan istrinya. Jusnia (30) yang saat ini sementara hamil tua.
Keluarga Supriadi ini tinggal di Kelurahan Benteng Selatan tepatnya didekat pekuburan Benteng dekat dengan SMK Kelautan. Pekerjaannya yang serabutan, membuat pendapatannya pas-pas untuk makan sehari saja. Tidak ada kemampuan untuk hal lainnya.
Bisa dilihat dari kondisi gubuknya, yang hanya asal-asalan, terbuat dari potongan kayu yang disambung dan terikat pada sebatang pohon sebagai penyangganya. Sementara dindingnya digunakan tenda bekas yang sudah terlihat rusak. Untuk menahan anging, gubuk inipun di buatkan patok dan diikat dengan tali.
Saat menengok kedalam gubuk tersebut, tidak satupun perabotan tersedia. Malah penerangan pun hanya mengandalkan lampu teplok. Selain itu, untuk tidur, Supriadi tidak seperti orang lainya di atas dipan dan kasur melainkan memakai segulung tikar yang terlihat lusuh.
Kondisi memprihatinkan kian bertambah di saat diketahui bahwa usia kehamilan istrinya telah hampir memasuki masa melahirkan. Sementara tidak terlihat ada kekhawatiran Jusnia atas kondisi yang saat ini dialaminya.
Hal ini terungkap pada hari Minggu 5 Pebruari 2017 sekitar pkl. 14.00 wita, serombongan anggota Komunitas Peduli Selayar datang ke lokasi gubuk Sapriadi dan memberi bantuan sembako.
" Pemberian bantuan kepada Sapriadi tidak seberapa nilainya dan kami hanya peka sosial untuk membantu sesama yang membutuhkan. Meski bantuan yang diberikan, tidak seberapa nilainya, minimal dapat memupuk kepedulian terhadap sesama,” Tegas Supardi Idris, Ketua Umum PiS.CoM "
Mendapat bantuan dari PiS.CoM, Sapriadi dengan mata berkaca-kaca dan haru mengaku berterima kasih, karena masih ada yang peduli yang peduli pada keluarganya. Demikian juga para anggota PiS.CoM tanpa sungkan-sungkan menyapa dan bersalaman, saat datang dan pulang, ke gubug Sapriadi.
Sekedar diketahui bahwa, Sapriadi adalah orang Selayar, sementara istrinya Jusnia berasal dari Bau-bau Sulawesi Tenggara. Mereka bersama 2 anaknya yang masih balita telah lama tinggal di Selayar, namun karena tidak punya rumah, maka salah satu cara mereka mempertahankan hidup adalah berpindah pindah, selama ada yang meminjamkan tempat membangun gubuk.
Sebelumnya keluarga ini tinggal di Bua-Bua Benteng Utara. Dari penuturan Sapriadi, bahwa dirinya baru sekali mendapat bantuan tenda dari pemerintah, dan tenda itulah yang dijadikan sebagai pembungkus gubuknya.(PR)
BERITA TERBARU :
KPU Kep. Selayar Lakukan Konsolidasi Program Kerja Dan Kegiatan 2017