BERITA LAMA PERBAIKAN WEB
MAKALE -- Rusuh pemilihan kepala daerah (Pemilukada) Di Tana Toraja terus berlanjut. Malam tadi, ribuan massa yang menolak hasil Pemilukaa terlibat bentrok dengan massa pendukung Bupati Tana Toraja, J Amping Situru di kawasan bundaran kolam Makale.
BERITA LAMA PERBAIKAN WEB
Peritiwa ini berawal ketika ribuan massa simpatisan pasangan calon bupati dan wakil Bupati, Nikodemus Biringkanae-Kendek Rante yang bergabung dengan massa simpatisan pasangan calon bupati Victor Datuan Bata-Rosina Palloan bermaksud menduduki rumah jabatan bupati Tana Toraja, J Amping Situru.
Ribuan massa gabungan yang menggunakan ikat kepala dari pita warna merah berjalan dari posko pemenangan Nicodemus-Kendek Rante di Jalan Tritura Makale sekitar pukul 18: 00 Wita menuju rumah jabatan bupati Tana Toraja yang tak jauh dari kawasan bundaran kolam Makale.
BERITA LAMA
Saat bersamaan, massa yang menggunakan ikat kepala tali rapiah warna oranye juga keluar dari posko pemenangan Victor Datuan Batara-Rosina Palloan di Jalan Nusantara Makale.
Kedua kelompok massa yang membawa potongan kayu dan balok tersebut kemudian bersatu sebelum sampai di kawasan kolam Makale. 'Malam ini kita ingin melakukan aksi damai. Tidak boleh ada yang anarkis. Kita akan menduduki rumah jabatan bupati. Amping (bupati Toraja, red) harus mundur,' kata Noris, salah satu pimpinan kelompok massa.
BERITA LAMA
Massa kemudian bergerak ke arah rumah jabatan bupati. Puluhan aparat dari satuan Brimob sempat menghalau pergerakan massa di depan kantor DPRD Tana Toraja, namun jumlah massa lebih banyak dari aparat, sehingga mereka berhasil menerobos barikade aparat.
Massa terus menerobos hingga rumah jabatan bupati yang terletak di atas bukit kolam Makale. Namun, sebelum sampai di rumah jabatan, massa gabungan tersebut diadang oleh kelompok massa pendukung bupati Tana Toraja. Hujan batu pun tak bisa dihindari.
Bahkan massa pendukung bupati mengadang massa gabungan yang hendak menduduki rumahn jabatan tersebut lengkap dengan bom Molotov, anak panah, serta petasan. Aksi saling serang pun terjadi di bundaran kolam Makale.
Hingga pukul 22.00 malam tadi, hujan batu di bundaran kolam Makale masih terus berlanjut. Aparat kepolisian yang jumlahnya lebih kecil dari massa tersebut, tidak mampu berbuat banyak. Pertikaian itu baru bisa diatasi setelah personel kepolsian mendapat tambahan pasukan dari satuan Dalmas Polres Barru.
Akibat peristiwa ini, seorang pekerja bangunan Kampus UKI Tana Toraja tewas terkena anak panah. Korban yang diidentifikasi bernama Palino, 26, tersebut terkena anak panah karena base kamp tempatnya menginap berada di tengah-tengah pertikaian massa.
Korban sempat dilarikan ke rumah sakit Fatimah Makale, namun anak panah yang bersarang di dada korban tembus hingga ke punggungnya. Nyawa korban pun tak dapat diselamatakan.
Data sementara, hingga pukul 22 malam tadi, Rumah Sakit Fatimah telah menerima enam korban luka-luka dari kelompok yang bertikai dan satu korban meninggal. Korban luka tersebut ada yang terkena peluru senapan angin di bagian perut, ada yang terkena sabetan parang hingga lengannya nyaris putus.
Ada pula yang luka di bagian mata akibat terkena lemparan batu. Identitas korban belum dapat diidentifikasi karena masih menjalani perawatan serius. Seorang aparat dari satuan Brimob juga mengalami luka di bagian kepala akibat terkena lemparan batu.
Ketua tim relawan pasangan Nocodemus-Kendek Rante, Agus, menyatakan bahwa aksi massa ini spontan terjadi karena tidak menerima hasil Pemilukada yang penuh kecurangan.
'Aksi ini akan terus berlanjut sebelum Bupati Tana Toraja, J Amping Situru mundur dari jabatannya, karena bupati adalah dalang dari semua kecurangan ini. Pemilukada penuh kecurangan. Kami menemukan kertas suara yang sudah dicoblos.
Masyarakat juga menemukan kotak suara di rumah jabatan Ketua DPRD yang berisi kertas suara yang telah dicoblos. Belum lagi praktik bagi-bagi uang yang melibatkan tokoh agama, dan kecurangan lainnya,' kata Agus.
Massa juga menuntut pemilihan ulang bupati Tana Toraja serta mendiskualifikasi pasangan nomor urut 5 (Theofilus Allorerung-Adelheid Sosang) dengan alasan telah melakukan berbagai pelanggaran.
Terpisah, Ketua tim pemenangan pasangan nomor urut 5 yang juga Ketua DPRD Tana Toraja, Welem Sambolangi membantah tudingan soal temuan kotak suara yang ditemukan massa di rumah jabatan.
'Tidak ada kotak suara di rumah saya. Itu fitnah dan skenario dari pihak tertentu. Mereka yang datang membakar isi rumah saya, kertas suara itu mereka yang bawa seolah-olah ditemukan di rumah saya,' bantah Welem.
'Saya juga mengutuk tindakan anarkis yang dilakukan pihak tertentu. Mereka tidak ingin melihat Tana Toraja ini aman, sekali lagi tudingan soal kotak suara di rumah jabtan saya itu fitnah,' sambungnya.
Tim Kampanye pasangan calon Yohanis Embon Tandipayuk- Ophirtus Sumule (Etos), juga mengaku prihatin atas kerusuhan akibat Pemilukada tersebut. 'Kami meminta kepada DPRD, KPUD, Panwas, dan Kapolres Tana Toraja segera mengambil langkah cepat dan tepat agar suasana yang semakin panas dan mencekam menjadi kondusif,' jelas Tim Kampanye Etos, Petron Patungo didampingi Ivan Paembonan, Kristian HP Lambe serta YP Pillo.
Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum bisa memberikan keterangan resmi karena masih melakukan pengamanan di lokasi bentrokan.
Teradang Cuaca
Sementara itu, dialog langsung dengan tokoh masyarakat dan agama di Tana Toraja yang direncanakan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, Kamis, 24 Juni, untuk meredam anarkisme pascapemilukada batal dilakukan.
Pesawat yang ditumpangi bersama Wakapolda Sulsel, Brigjen Pol Syahrir Kuba, Kasdam VII Wirabuana, dan Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas, teradang cuaca.
Setelah berputar-putar selama beberapa menit di atas Kota Parepare kemudian melanjutkan perjalanan hingga ke wilayah Maiwa, Enrekang, pilot pesawat akhirnya memutuskan untuk kembali ke Bandara Sultan Hasanuddin. Hujan mengguyur sangat deras disertai kabut tebal.
Syahrul berjanji terbang kembali ke Tana Toraja, hari ini, untuk segera melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat. Kerusuhan yang berujung pada pembakaran kantor KPU Tana Toraja dan kantor DPD II Partai Golkar Tana Toraja dipastikan akibat provokasi berlebihan dari kelompok tertentu.
'Pemulihan situasi harus segera dilakukan agar kecemasan masyarakat yang kini menjadi kerawanan bisa segera berganti menjadi rasa aman.
Panglima sudah ada di sana (Tana Toraja, red) dan mengumpulkan tokoh masyarakat untuk mencari solusi,' kata Syahrul di VIP Room Bandara Sultan Hasanuddin, kemarin.
Pemilukada, kata dia, telah berlangsung aman dan hasil perhitungan sementara menempatkan beberapa pasangan calon pada peringkat pertama.
Pasangan calon seharusnya menempuh jalur hukum bila merasa tidak puas dengan hasil pemilukada dan mengedepankan suksesi tidak berdarah.
'Kekuasaan jangan pernah membuat orang kalap dan tidak membuat situasi yang panas. Masyarakat tidak boleh dijadikan korban dengan saling membenturkannya satu sama lain,' tegasnya.
Begitu mendarat di Makassar, Syahrul langsung menerima telepon dari Bupati Tana Toraja, Amping Situru dan memperoleh informasi adanya konsentrasi massa di beberapa titik. Beberapa fasilitas perkantoran seperti kantor camat, KPU, dan Golkar dirusak massa.
Syahrul mengimbau agar lebih dahulu mengamankan warga dan mencegah benturan. Semua logistik pemilukada juga dimintanya segera diamankan. 'Pemilukada yang sudah dilaksanakan jangan sampai tidak mencapai sasaran karena keributan yang terjadi,' katanya.
Pelanggar aturan pemilu dipastikan mendapat sanksi hukum, termasuk aktor intelektual yang bertanggung jawab di balik kerusuhan yang terjadi di masyarakat.
Namun, Syahrul berjanji segera berkomunikasi dengan pasangan calon bupati, Nico Biringkanae dan Victor Datuan Batara.
Kerusuhan akibat provokasi pihak tertentu di Tana Toraja, kata Syahrul, murni pelanggaran pidana. 'Tak boleh seorang pun menggunakan pendekatan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan, red), atau membeda-bedakan asal kampung,' tegasnya kepada Amping Situru.
Aparat pengamanan juga telah diturunkan untuk meredam aksi kekerasan yang dilakukan kelompok dan menjaganya agar tidak meluas ke daerah lain. Selain pengamanan dari kepolisian, aparat dari TNI juga siap melakukan back up pengamanan.
Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, juga meminta kedewasaan semua pasangan calon bupati dan timnya menerima hasil pemilukada. Semua pihak dimintanya bisa mengendalikan diri dan menaati peraturan. 'Berdemokrasi harus saling menghormati,' kata Gamawan usai membuka Kejurnas Karate Junior di Celebes Convention Centre, kemarin.
Perkembangan pemilukada di Sulsel, kata dia, terus dipantaunya dan melakukan komunikasi dengan gubernur. Dia meminta setiap masalah yang terjadi segera diselesaikan bersama muspida. 'Saya yakin, semua masalah pemilukada di Sulsel bisa diselesaikan dengan baik. Memang ada yang tidak puas, tetapi tidak bisa diselesaikan dengan cara kekerasan,' tegasnya. (kas-rif)