KETUA MPR-RI DIALOG KEBANGSAAN DENGAN RATUSAN PESERTA KONGRES ANAK INDONESIA

Media Selayar
Selasa, 19 Desember 2017 | 13:37 WIB Last Updated 2017-12-19T05:37:51Z

MEDIA SELAYAR
. Bekasi 18/12/2017 Komnas Anak : Setelah Kongres Anak Indonesia (KAI) XIV yang dilangsungkan dari tanggal 17-21 Desember 2027 di Bekasi, Jawa Barat, secara resmi dibuka oleh Wakil Walikota Kota Bekasi, acara dilanjutkan dengan dialog bertajuk "Kebangsaan Anak Indonesia" 

Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber yakni Zulkifli Hasan sebagai ketua MPR-RI, Arist Merdeka Sirait Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak dan Kepala Kesbangpol Kota Bekasi mewakili Walikota Bekasi dan DR. Noval Arsyaad bertindak sebagai Moderator mengusung tema Dialog tentang Kebangsaan Anak Indonesia "Aku Cinta Perdamaian, Pluralisme dan Tolenrasi, PANCASILA rumah Kita.

Dihadapan ratusan anak peserta Kongres Anak Indonesia yang ke XIV-2017, Ketua MPR'RI Zulkifli Hasan menyampai pesan kebangsaan kepada anak Indonesia sebagai pembekalan anak-anak untuk membahas isu Kebangsaan, Nasionalisme dan kebinekatunggalikaan kedalam sidang-sidang Komisi Kongres Anak Indonesia, . Zulkifli Hasan mantan Menteri Pertanian dan Pangan dimasa pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudoyono berpesan kepada Anak Indonesia bahwa Indonesia merupakan jalan tengah terhadap masalah kebangsaan yang tidak perlu diperdebatkan.

Jalan panjang sejarah dan persamaan nasib telah menyadarkan kita bahwa perbedaan itu memang harus ada tetapi tidak untuk menjadi perpecahan.

Keberagaman dan perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan anugetah Tihan yang senangtiasa harus dipelihara dan tidak bokeh disamakan. Sedikitnya Indonesia punya 600 an lebih etnik dan ragam bahasa, termasuk keragaman agama, budaya serta latarbelakang yang tidak bisa disamakan.

Karena itu,; Zulkifli mengajak anak-anak Indonesia untuk tidak mundur kebelakang lagi setelah 72 tahun Indonesia merdeka dengan menjadikan soal suku, agama dan keberagaman yang ada sebagai penyebab perpecahan. Tetapi keberagaman itu justru harus disikapi dengan saling menghormati dan menghargai.

Hal ini ditegaskan Zulkifli Hasan saat menjadi narasumber bertajuk " Dialog Kebangsaan Anak Indonesia" dalam rangkaian dari Kongres Anak Indonesia ke XIV tahun 2017 yang digelar hari Senin 18/12/17 usai acara pembukaan KAI di Auditorium Graha Murdhika Bekadi, Jawa Barat.

Dihadapan 159 anak yang menjadi delegasi Kongres Anak Indonesia dan 32 pendamping dari lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten dan Kota, Dinas PPPA, Dinas Pendidilan dan aktivis Anak dan NGO peduli anak dari berbagai daerah di Indonesia dan dihadiri juga oleh ratusan anak-anak sekolah di Bekasi, beserta para pejabat dilingkungan pemerintahan Kota Bekasi, KPAI Daetan Kota Bekasi, dan pemangku kepentingan anak, 

Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak ARIST MERDEKA SIRAIT menegaskan bahwa pelaksanaan KAI ke XIV bertujuan untuk memberikan akses seluas-luasnya bagi anak untuk mendiskusikan nilai-nilai kebangsaan yang mulai luntur dan tergerus oleh arus globalisasi teknologi dan informasi sekaligus untuk memberikan kesempatan bagi anak anak melalui Pelaksanaan Kongres Anak Indonesia belajar tentang berdemokrasi, belajar menghargai perbedaan dan keberagaman anak di Indonesia.

Arist Merdeka Sirait menambahkan bahwa Pelaksanaan Kongres Anak Indonesia oni dilaksanakan sekali dalam setahun merupakan perwujudan dari pengimplementasian hak anak atas partisipadi dan hak anak untuk didengar pendapatnya sesuai dengan mandat dan ketentuan dari artikel 13 Konvensi Hak Anak (KHA) serta pasal 24 UU RI Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Hal yang paling riskan yang mengancam eksistensi keberagaman anak di Indonesia saat selain ancaman kejahatan seksual adalah penanaman paham-paham radikalisme, kebencian, Intoleransi dan persekusi dilingkungan kehidupan anak di Indonesia yang sedang menggejalah dan menakutkan.

Anak-anak sebagai amanah yang mempunyai harkat dan martabat harus diselamatkan karena tampuk masa depan Indonesia hebat yang menghargai plutalisme dan menjungjung tinggi hak asasi manusia adalah ditangan anak Indonesia.

Oleh sebab itu, perlu cara cerdas untuk menangkalnya dan bahkan memutus mata rantainya dapat dilakukan dengan menumbuhkan semangat baru melalui penanaman nilai-nilai kebangsaan anak Indonesia, cinta tanah, cinta Indonesia, cinta pluralismrle, menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan keadilan serta menghargai perbedaan dan keberagaman sebagai keutuhan ciptaan Tuhan.

Diakhir Kongres Anak Indonesia diharapkan akan menghasilkan Sikap Anak Indonesia tentang Kebangsaan, nasionalisme serta Kebinekatunggalikaanvyangvakan disetahkan kepada MPR dan DPR RI serta kepada masing-masing pemerintah daerah asal delegadi KAI dan penetapan 10 Anak yang bakal dipilih secara demokratis oleh anak Indonesia melalui KAI XIV/ 2017 menjadi Duta Anak yang mengusung anak sebagai duta anak untuk kebangsaan dan kebinekaan, duta anak untuk perdamaian dan keadilan seta duta anak untuk pluralisme dan Toleransi.

Dialog intetaktif yang dimodetatori DR. Noval Arsyaad secara partisipatif juga mengajak anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa untuk memanfaatkan kesempatan masa muda untuk dapat memberikan pandangan-pandangan dan pendapat anak yang inovatif bagi para pemangku kepentingan Anak karena menggunakan hak untuk mengeluarkan pendapat dan kebebasan berorganisasi dan berkumpul merupakan hak yang fundamental yang dimiliki anak secara universal. (*)


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • KETUA MPR-RI DIALOG KEBANGSAAN DENGAN RATUSAN PESERTA KONGRES ANAK INDONESIA

Trending Now

Iklan