Disebutkan bahwa Bank sentral akan menghitung kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Padahal sebelumnya dalam rapat dewan gubernur (RDG) BI periode Februari 2020, proyeksi ekonomi RI sudah turun menjadi 5,1% - 5,5% dari sebelumnya 5%-5,4%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan dibutuhkan sumber perekonomian yang kuat agar tak berdampak signifikan.
"Kita hitung ulang, secara kesluruhan ekonomi kita masih tahan, tapi kita harus memperkuat sumber ekonominya sehingga bisa recover setelah corona virus," kata Perry di Jakarta.
Selain itu industri pariwisata dan perhotelan juga telah mengalami kerugian mencapai US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 21 triliun. Potensi kerugian ini dihitung dari perkiraan wisatawan China yang biasanya menghabiskan US$ 1.100 dalam satu kali perjalanan ke Indonesia.
Karena itu restoran dan hotel sudah mulai merasakan dampak penurunan okupansi. Hal ini membuat perusahaan melakukan efisiensi.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan insentif yang diberikan oleh pemerintah untuk menangkal dampak corona belum ampuh untuk mendorong daya beli agar tetap stabil.
"Pasti tidak cukup apalagi di tengah kondisi seperti sekarang ini, tapi pemerintah patut diapresiasi karena mau bergerak cepat," kata dia.
Pemerintah diminta untuk memperhatikan masalah perlambatan ekonomi dan dampak terburuk yang akan menghantam sektor keuangan. Menurut Piter, stimulus fiskal ini diharapkan bisa memperbaiki perekonomian walaupun masih dalam konteks menahan 'badai' yang saat ini menerpa Indonesia.
"Memang harus ditinjau lagi 6 bulan, kalau belum membaik juga perlu diperpanjang dan diperluas sekarang ini harus dihitung lagi berapa rupiah insentif yang dibutuhkan," ujar dia. (***)
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan dibutuhkan sumber perekonomian yang kuat agar tak berdampak signifikan.
"Kita hitung ulang, secara kesluruhan ekonomi kita masih tahan, tapi kita harus memperkuat sumber ekonominya sehingga bisa recover setelah corona virus," kata Perry di Jakarta.
Selain itu industri pariwisata dan perhotelan juga telah mengalami kerugian mencapai US$ 1,5 miliar atau setara dengan Rp 21 triliun. Potensi kerugian ini dihitung dari perkiraan wisatawan China yang biasanya menghabiskan US$ 1.100 dalam satu kali perjalanan ke Indonesia.
Karena itu restoran dan hotel sudah mulai merasakan dampak penurunan okupansi. Hal ini membuat perusahaan melakukan efisiensi.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan insentif yang diberikan oleh pemerintah untuk menangkal dampak corona belum ampuh untuk mendorong daya beli agar tetap stabil.
"Pasti tidak cukup apalagi di tengah kondisi seperti sekarang ini, tapi pemerintah patut diapresiasi karena mau bergerak cepat," kata dia.
Pemerintah diminta untuk memperhatikan masalah perlambatan ekonomi dan dampak terburuk yang akan menghantam sektor keuangan. Menurut Piter, stimulus fiskal ini diharapkan bisa memperbaiki perekonomian walaupun masih dalam konteks menahan 'badai' yang saat ini menerpa Indonesia.
"Memang harus ditinjau lagi 6 bulan, kalau belum membaik juga perlu diperpanjang dan diperluas sekarang ini harus dihitung lagi berapa rupiah insentif yang dibutuhkan," ujar dia. (***)