Dr. Deni K Sunjaya, Ahli Kesehatan Masyarakat, Universitas Padjajaran Bandung, (UNPAD) menjelaskan kalau penerapan pembatasan sosial dapat berjalan efektif jika masyarakat memahami tatanan kehidupan baru atau new normal.
Ia menambahkan, masyarakat pun harus diberikan pengetahuan terkait dengan virus corona (Covid-19) ini. Karena menurut hasil penelitian yang dilakukannya, sebanyak 20-30 persen masyarakat Indonesia masih tak paham soal bahaya Covid-19. "
Hasil penelitian saya antara 70-80 persen mereka nurut (PSBB,red) pada beberapa kelompok. Tapi permasalahannya ada yang 20-30 persen, ada oknum masyarakat yang membahayakan," tutur Deni dilansir media pada Sabtu (16/5/2020).
New normal pun bisa diartikan dengan cara beradaptasi di lingkunan yang menuntut kita untuk melakukan sejumlah langkah yang berbeda dari kebiasaan.
Di antaranya, seperti saat ini dengan physical distancing, tidak bersalaman, dan lain sebagainya.
"Kita perlu ada kebiasaan baru, janganlah dekat kalau ngobrol," paparnya. Bahkan menurutnya, pandemi ini belum dapat diprediksi kapan akan berakhir.
Sehingga, adaptasi dengan situasi baru. "Kita ini akan sampai dua tahunan bahkan bisa jadi kita tidak tahu sampai kapan bisa terjadi.
Artinya kita harus beradaptasi dengan situasi baru," kata Deni. Jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, seperti Vietnam, kesadaran masyarakat Indonesia masih minim.
Karenanya, salah satu cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat adalah dengan sanksi sosial.
"Di Vietnam itu masyarakatnya patuh, physical distancing dilakukan. Ini masyarakat Indonesia susah diatur seperti ini," ujarnya. (***).