MEDIA SELAYAR. Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 11 orang tiba di Labuan Nipayya dari pelabuhan Bira Kabupaten Bulukumba dengan menumpangi 2 buah speed boat. Setelah mendarat di Labuan Nipayya, Bonelohe pada Selasa (26/5) ke 11 penumpang speed kemudian melalui pemeriksaan rapid test dengan hasil non reaktif. Dan selanjutnya melanjutkan perjalanan ke kampung masing-masing di Balangsembo dan Barugaia.
Keluarga dekat dari penumpang speed yang tiba di pelabuhan rakyat Labuan Nipayya, Desa Bungaia, Kecamatan Bontomatene, yang juga disebut-sebut namanya saat berita ini diberedar dimedia sosial menjelaskan lebih jauh kepada Pewarta atas berita tersebut.
Andi Askar, kepada Pewarta, Rabu (27/5) menjelaskan bahwa betul keluarganya tersebut yang diberitakan, namun semua terpaksa dilalui karena kebetulan pada hari Selasa kemarin, belum ada kapal feri yang bisa ditumpangi ke Selayar, sementara keluarga mereka berduka, orang tua Bapak meninggal dunia, jelas Askar.
Andi Askar lebih lanjut menyayangkan komentar- komentar di media sosial yang mengomentari pemberitaan tersebut, tanpa mengetahui ikhwal dari kedatangan para saudaranya yang terpaksa menggunakan speed dari Bira.
Seluruh keluarga saya yang tiba tersebut, telah dilengkapi dengan persyaratan untuk masuk ke daerah ini, sebenarnya kami siapkan untuk naik feri karena kelengkapan prosudure telah lengkap, tapi karena feri belum beroperasi, terpaksa kami pakai jaluer alternatif, jelasnya lagi.
Kelengkapan prosudure administrasi termasuk lembar surat keterangan kematian orang tua yang menjadi dasar kedatangan serta permintaan di rapid test juga kami lalui.
Andi Askar juga menyayangkan adanya tudingan kalau atas pekerjaan saya di Dinas Perhubungan Selayar, keluarga saya bisa bebas naik speedboat melalui jalur tikus di Labuan Nipayya. Termasuk saat disebut sebagai pemudik, Ia juga meluruskan bahwa kami tidak mudik tapi berduka, Bapak kami meninggal dunia.
Setahu saya Labuan Nipayya itu bukan jalur tikus, tapi memang adalah pelabuhan rakyat, yang masih terus digunakan untuk mendarat. Lalu yang mana pelanggaran yang kami buat, sementara keluarga kami berduka saat ini, jelas Andi Askar lirih. Andai saja semua bisa merasakan betapa rasa duka kami saat ini ditinggal orang tua selamanya ".
Saya sebagai seorang petugas Dinas Perhubungan tidak akan mungkin berniat tidak mentaati edaran Bupati, terkait penutupan jalur pelabuhan penyeberangan, tapi karena kebetulan kami berduka dan jadwal pembukaan tiba-tiba mundur sehari,
Sementara orang tua saya yang meninggal belum dimakamkan, karena masih menunggu adik saya tiba, maka terpaksa kami menempuh jalur alternatif naik speed dari Bira, dengan catatan semua prosudure kedatangan ditengah pandemi corona ini telah kami lengkapi, imbuhnya.
Saya mohon maaf, jangan mendiskreditkan kedatangan keluarga kami ke Selayar, untuk melihat orang tua kami yang terakhir kalinya. Tidak ada niat kami melanggar aturan dan tidak ada niat kami mengatasnamakan jabatan rendah kami di Dinas Perhubungan Selayar.
Saya berharap hal ini bisa meluruskan tudingan ke saya sebagai pegawai Dinas Perhubungan yang telah sengaja melakukan pelanggaran, sekali lagi tidak ada niat saya seperti itu. pungkas Andi Askar. (Lo2).