Foto : Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdullah (Net) |
"Yang (zona) merah Makassar karena kemarin ada pelonggaran Pemkot, sehingga kita agak kesulitan juga. Padahal kita berharap Makassar ini episentrum utama, kita ingin Makassar lebih cepat bebas corona," kata Nurdin.
"Kemarin ada pergantian wali kota sehingga ada miskomunikasi dalam menyusun kebijakan," jelas Nurdin Abdullah.
Selain itu, belakangan muncul hoaks yang masif soal COVID-19 tidak berbahaya. Lebih parah lagi ada provokasi yang menyebut corona skenario rumah sakit dan dokter untuk menguntungkan mereka.
Terlepas dari itu, Nurdin menyebut tes di wilayahnya makin masif. Dari 400 per hari kini bisa mencapai 800 dalam 24 jam.
Bak jauh panggang dari api. Target kita Sulsel bisa bebas pada Mei tak terwujud, malah kini Sulsel menjadi provinsi dengan indeks penularan (Rt) corona tertinggi di Indonesia, dengan Makassar sebagai episenter wabah.
Menurut data Bonza, platform yang memantau indeks penularan corona di Indonesia, Rt di Sulsel kini menyentuh angka 1,59. Angka ini merupakan yang tertinggi dibanding dengan 33 provinsi lainnya.
Angka 1,59 merupakan titik tertinggi sejak 18 April. Secara keseluruhan, Rt di Sulsel turun naik. Dengan catatan, tidak pernah di bawah 1. Artinya, selalu ada peluang satu orang menulari seorang lainnya.
Data terbaru dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per 11 Juni, ada 2.516 kasus positif di Sulsel. Sebanyak 795 di antaranya sembuh, sementara 113 orang meninggal dunia karena COVID-19.
Hal ini menjadikan Sulsel provinsi paling rawan corona di Indonesia. (***)