MEDIA SELAYAR. Sejumlah warga kota Makassar menyatakan menolak tes cepat (rapid test) COVID-19 yang akan dilakukan oleh Pemerintah di wilayahnya. Mereka khawatir akan hasil pemeriksaan tesrebut.
Terpantau di Kelurahan Ballaparang, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Senin (8/6), ada terpasang spanduk bertuliskan penolakan rapid test di sejumlah lorong atau gang.
"Kami pasang di setiap gang masuk lorong, ada 4 spanduk kami pasang, intinya ada di setiap gang," ujar salah seorang warga Kelurahan Ballaparang, Makassar, Arul, saat ditemui di lokasi rumahnya.
"Kita khawatir rapid test karena biasa tidak COVID ji tapi divonis COVID. Baru di sini banyak lansia, jadi kami tolak," katanya. Arul dan warga lainnya memasang spanduk di sejumlah muara lorong permukiman warga di RW 9 RT 3 sekitar pukul 12.00 Wita. Mereka memasang spanduk setelah menerima kabar akan dilakukan rapid test di area permukiman mereka.
Penolakan rapid test juga datang dari warga Kelurahan Bara-baraya Induk, Kecamatan Makassar. Sejumlah warga mengaku tidak percaya pada hasil rapid test.
"Sudah banyak contoh kasus, kemarin di sini ada warga dibawa ke (pemakaman) Macanda karena dibilang kena COVID, belakangan keluar hasil tesnya, negatif ji," ujar warga Bara-baraya, Ivan, saat ditemui terpisah.
Ivan menjelaskan warga di Bara-baraya mengaku rapid test tidak perlu dilakukan lantaran tak ada kasus Corona di wilayah permukiman mereka.
"Kita warga di sini sebenarnya heran sama pemerintah, kenapa baru sekarang mau rapid test. Padahal kalau serius, kenapa tidak dilakukan pada saat Corona ini lagi booming-booming-nya, itu sekitar bulan Maret sampai April," katanya.
Menurut Ivan, mereka tak bermaksud membangkang pemerintah. Warga disebut merasa rapid test tidak perlu dilakukan lagi.
"Itu kan ada kasus. Rapid test pertama, dia negatif; kedua, juga negatif, nanti rapid test ketiga baru positif, jadi buat apa kalau begitu. Warga di sini benar-benar khawatir kalau begitu," katanya. (***)
"Kami pasang di setiap gang masuk lorong, ada 4 spanduk kami pasang, intinya ada di setiap gang," ujar salah seorang warga Kelurahan Ballaparang, Makassar, Arul, saat ditemui di lokasi rumahnya.
"Kita khawatir rapid test karena biasa tidak COVID ji tapi divonis COVID. Baru di sini banyak lansia, jadi kami tolak," katanya. Arul dan warga lainnya memasang spanduk di sejumlah muara lorong permukiman warga di RW 9 RT 3 sekitar pukul 12.00 Wita. Mereka memasang spanduk setelah menerima kabar akan dilakukan rapid test di area permukiman mereka.
Penolakan rapid test juga datang dari warga Kelurahan Bara-baraya Induk, Kecamatan Makassar. Sejumlah warga mengaku tidak percaya pada hasil rapid test.
"Sudah banyak contoh kasus, kemarin di sini ada warga dibawa ke (pemakaman) Macanda karena dibilang kena COVID, belakangan keluar hasil tesnya, negatif ji," ujar warga Bara-baraya, Ivan, saat ditemui terpisah.
Ivan menjelaskan warga di Bara-baraya mengaku rapid test tidak perlu dilakukan lantaran tak ada kasus Corona di wilayah permukiman mereka.
"Kita warga di sini sebenarnya heran sama pemerintah, kenapa baru sekarang mau rapid test. Padahal kalau serius, kenapa tidak dilakukan pada saat Corona ini lagi booming-booming-nya, itu sekitar bulan Maret sampai April," katanya.
Menurut Ivan, mereka tak bermaksud membangkang pemerintah. Warga disebut merasa rapid test tidak perlu dilakukan lagi.
"Itu kan ada kasus. Rapid test pertama, dia negatif; kedua, juga negatif, nanti rapid test ketiga baru positif, jadi buat apa kalau begitu. Warga di sini benar-benar khawatir kalau begitu," katanya. (***)