Raja Gowa XXXVIII ke Sangkulu-kulu, Saksikan Tradisi Anjala Ombong

Sabtu, 13 November 2021 | 16:41 WIB Last Updated 2021-11-14T10:35:33Z


MEDIA SELAYAR.
Raja Gowa XXXVIII Andi Kumala Idjo Daeng Sila Krg. Lembang Parang Batara Gowa III dan Permaisuri Andi Hikmawati Petta Omba melakukan kunjungan ke Pantai Sangkulu-kulu, Desa Harapan, Kecamatan Bontosikuyu, Kepulauan Selayar, Sabtu (13/11). 


Kunjungan Raja Gowa XXXVIII bersama permaisuri di Pantai Sangkulu-kulu, untuk meninjau objek wisata dan menyaksikan budaya atau tradisi / Ritus Anjala Ombong.


Pantauan Pewarta, Raja Gowa XXXVIII bersama permaisuri didampingi Kadis Pariwisata, Drs. Andi Abdurrahman, bersama tokoh adat Andi Mappasessu Karaeng Remba Opu, dan disambut oleh Camat, Kapolsek dan Kepala Desa serta masyarakat Bontosikuyu.


Diketahui, budaya atau ritus Anjala Ombong merupakan kearifan lokal yang dikemas menjadi sebuah pesta rakyat atau acara penangkapan ikan yang dilakukan secara massal dengan menggunakan alat tangkap tradisional, dalam bahasa lokal disebut jala, sogoro, bunre dan tahakili. 


Keberadaan Anjala Ombong telah mengakar dan menjadi tradisi bagi masyarakat Bontosikuyu dan sudah dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. 


Lokasi pelaksanaannya pun hanya satu yaitu di muara sungai Pantai Sangkulu-Kulu Desa Harapan, sebuah kawasan pantai di pesisir barat Kecamatan Bontosikuyu, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.


Pelaksanaan budaya atau ritus Anjala Ombong, dilaksanakan setahun sekali, dan menjadi momentum bagi masyarakat Bontosikuyu untuk berkumpul, bergembira, dan bersama-sama menangkap ikan. Dengan itu, masyarakat merasakan kebahagiaan sembari merawat semangat kebersamaan, sebuah nilai yang diwariskan turun temurun oleh generasi terdahulu. 


Prosesi Anjalaombong dimulai pada saat air mulai surut dan berakhir jika air laut sudah mulai pasang, dan dipandu oleh Tetua kampung. Namun sebelum kegiatan dilaksanakan, terlebih dahulu Tetua kampung yang bertugas untuk membuka seremoni adat tersebut, melakukan ritual, membaca doa tanpa bersuara. Hal ini dilakukan agar prosesi Anjalaombong berlajalan dengan aman dan lancar.


Selepas melakukan ritual dan membaca doa, tetua kampung akan memberi komando agar budaya / ritus Anjalaombong segera dimulai. Sesaat itu pula, laki-laki, remaja, tua dan muda  akan berhamburan melompat kedalam sungai, dengan membawa peralatan yang akan dipakai menangkap ikan. "Juku' Lompa", orang Selayar menyebutnya.


Sementara itu, kaum perempuan bertugas menyiapkan perapian untuk membakar ikan hasil tangkapan. 


Warga yang datang akan silih berganti melompat kedalam sungai, membuat air dimuara menjadi keruh olehnya. Suasana menjadi riuh, ada yang bersorak, ada pula yang tertawa terpingkal, ada juga yang serius dan sigap menangkap ikan, serta ada pula yang mengumpulkan ikan hasil tangkapan. 


Ikan hasil tangkapan dibawa ke beberapa perapian, yang telah disiapkan sebelumnya. Sementara yang lain masih tetap didalam sungai menangkap ikan, warga lainnya nampak sibuk menikmati ikan hasil tangkapan yang telah matang.


Tidak sedikit pula warga yang memperoleh banyak hasil tangkapan, berbagi hasil kepada warga yang lain, bahkan kepada pendatang yang kebetulan hadir menyaksikan atau ikut langsung menagkap dan mengumpulkan ikan hasil tangkapan.


Seperti itulah keseruan budaya /ritus Anjalaombong di muara sungai Pantai Sangkulu-Kulu Desa Harapan, Kecamatan Bontosikuyu, Kepulauan Selayar. Ada simbol kebersamaan yang tersaji pada acara yang setiap tahun digelar, mengikuti musim dimana ikan banyak bermain dilokasi kegiatan. (Tim). 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Raja Gowa XXXVIII ke Sangkulu-kulu, Saksikan Tradisi Anjala Ombong

Trending Now

Iklan