Sumber : Kontan (10/12) |
MEDIA SELAYAR - Tahun 2022, PT. Bakri & Brother (TBK) terus berupaya memperkuat bisnis yang baru dirintis seperti elektrifikasi dan energi baru terbarukan. Guna melancarkan rencana pengembangan bisnisnya, BNBR sudah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 500 miliar untuk tahun depan. Anindya Novyan Bakrie, Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk mengatakan, belanja modal akan digunakan untuk menjalankan pengembangan bisnis ke depan.
Seperti dikutip dari pemberitaan rencana pengembangan perusahaan PT. Bakri & Brother (TBK) dari situs media nasional terkemuka, menyebut bahwa saat ini perusahaan BNBR (TBK) telah mengalokasikan belanja senilai 500 miliar agar memberikan kinerja yang positif kedepannya.
“Belanja modal kombinasi untuk bisnis eksisting dan bisnis yang sedang kami rintis. Kami mencanangkan Rp 500 miliar untuk capex dan investasi pada bisnis-bisnis kami ke depannya,” jelas Anin dalam paparan publik, Jumat (10/12).
Salah satu yang tengah menjadi fokus BNBR yakni pengembangan industri kendaraan listrik dan energi baru terbarukan. Selain itu, emiten ini juga terus melakukan penjajakan beberapa bisnis berbasis teknologi yang dilakukan antara lain bersama-sama dengan perusahaan venture capital dan private equity, Quantum Venture Fund.
Sejak tiga tahun terakhir, perusahaan menjalin kerja sama dengan BYD Auto untuk mengembangkan industri kendaraan listrik khususnya bus di Indonesia. Bus listrik Bakrie Autoparts-BYD adalah electric bus pertama di Indonesia yang lulus seluruh ketentuan proses homologasi dan pemenuhan ketentuan legalitas dan teknis untuk diujicoba secara komersial oleh Transjakarta. Bakrie Autoparts telah memasok 30 unit bus listrik melalui salah satu operator Transjakarta dan akan segera dioperasikan dalam waktu dekat ini.
Melalui anak usaha PT Bakrie Power, BNBR belum lama ini juga menyepakati kerja sama dengan PT PLN (Persero) dalam proyek pengadaan dan pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid di Desa Parak, Bontomanai, Selayar, Sulawesi Selatan berkapasitas sebesar 1,3 Mega Watt peak, dan diproyeksikan akan mulai beroperasi secara resmi pada akhir tahun ini. "Proyek-proyek di bawah PT Bakrie Power ini dikerjakan oleh PT Helio Synar Energi.
Selain Selayar, dua jenis proyek EBT berikutnya yang akan kami fokuskan di antaranya adalah de-dieselisasi (de-dieselization) dan PLTS Atap (C&I Rooftop PV). De-dieselisasi market size-nya cukup besar, yakni sebesar US$ 2 miliar dan PLTS Atap sebesar US$ 650 juta,” tutur Anin.
Lebih jauh, Direktur Utama PT Bakrie Power, Dody Taufiq Wijaya menyatakan bahwa PLTS Hybrid Selayar merupakan proyek penting yang menandai dimulainya era konversi pembangkit diesel ke pembangkit renewable yang lebih bersih. “Di seluruh Indonesia ini masih ada ratusan pembangkit listrik bertenaga diesel yang kini dioperasikan PLN. Ini menjadi potensi amat besar untuk dapat dikonversi menjadi pembangkit EBT, seperti yang kami lakukan di PLTS Hybrid Selayar ini,” jelas Dody. (***).
Editor : A. Lolo.