Lambung Kapal Pinisi Yang Berlabuh di Pulau Tinabbo Saat Kejadian |
MEDIA SELAYAR – Munculnya informasi mengenai penerapan pembayaran masuk dan terjadinya ketegangan antara petugas dan warga Pulau Rajuni yang menggunakan waktu, mengisi libur lebaran di Pulau Tinabo Kecamatan Takabonerate Kepulauan Selayar beberapa hari lalu (Rabu 4/5/2022) masih hangat jadi perbincangan public, Khususnya pengguna media sosial grup-grup anak pulau. Termasuk sejumlah akun fb warga Selayar yang menyayangkan adanya kejadian tersebut.
Mereka menilai tidak wajar, jika warga pulau Rajuni yang merupakan warga local sekitar Pulau Tinabo mendapat perlakuan tidak sama dengan wisatawan lainnya yang datang berwisata kepulau tersebut.
Bukan saja persoalan pembayaran, namun saat mereka dihalau dari depan dermaga kearah pantai dengan alasan ada wisatawan asing yang datang, sehingga mereka merasa dibedakan dan telah terjadi tindakan diskriminasi yang perlu diluruskan oleh pihak pengelola wisata sekaligus penjaga kawasan Takabonerate.
Hal ini disampaikan oleh salah seorang pemuda asal Pulau Rajuni kepada Pewarta pada Sabtu (7/5/2022), “Ya ini perlu diluruskan dan kami tidak akan pernah menerima ini” apa bedanya kami dengan wisatawan luar negeri yang pakai pinisi besar itu Pak, bukankah kami adalah warga lokal yang juga berhak ke pulau Tinabo,Pak, sampai kami ditunjuk-tunjuki dan kami meminta pembayaran juga kalau memang mau bayar, asal kami diperlakukan sama dengan mereka” jelas Pemuda Kawasan Takabonerate.
Berita mengenai “Warga Lokal Kaget, masuk Pulau Tinabo Tiba-tiba dikenai tiket masuk” itu benar dan tidak ada salahnya, malah saat kejadian tersebut ada Pak Kapolsek juga di pulau Tinabo Pak, cuma kayaknya beliau tidak tahu ataukan tidak dengar ada hal seperti ini, ujarnya.
Alasan tidak mendasar kalau protocol kesehatan dan covid-19 jadi alasan untuk memisahkan kami dengan wisatawan yang lain, coba liat itu semua pelabuhan dan kapal-kapal mudik Pak, apa lebih longgar mereka daripada kami di Tinabo saat berwisata ? malah sampai kami sampai dibatas oleh petugas dengan menggaris dipantai yang katanya sebagai batas kepada kami Pak.
Bukan saja kami dari Pulau Rajuni yang kena dipindahkan dari dermaga ke pantai untuk berlabuh, perahu yang memuat warga Pulau Latondu juga dipindahkan ke pantai padahal mereka sudah turun dari kapal, terpaksa naik lagi ke perahu dan mengikuti perintah petugas untuk pindah kea rah lain, lalu apa bedanya dengan kapal wisatawan yang berlabuh didepan Pulau Tinabo ? kalau mereka bayar kenapa tidak juga bebankan ke kami, tidak usah main tunjuk-tunjuk Pak, rasanya pahit kita jadi tamu di kampung sendiri, tuturnya lagi.
Selain mendapat reaksi dari sejumlah warga local, kejadian ketegangan antara warga dan petugas pemerhati kawasan Takabonerate, juga ramai mendapat komentar di media sosial, malah sampai ada yang menginginkan agar petugas di pulau tersebut untuk diusir". Selain itu ada juga komentar yang masih meragukan dan meminta kejelasan informasi lebih detil.
Sementara itu hasil penelusuran mediaselayar.com dilain platform media sosial grup-grup Selayar menanyakan sebenarnya apa dasar penarikan retribusi dan penarikan pembayaran di pulau itu, Ini harus jelas dasar hukum dan apakah ini juga sepengetahuan Pemerintah setempat atau belum ?.
Dilain platform media sosial, juga ada suara tegas yang menanyakan sebenarnya apa tupoksi petugas disana ? apakah menjaga atau berusaha pariwisata ? belum lagi komentar lainnya yang kemudian bersuara sumbang mengenai sebenarnya apa hasil yang didapat warga dari keberadaan mereka di sana selama ini?
Sejumlah Warga Takabonerate yang berada di Benteng Kepulauan Selayar dalam sebuah silaturahmi antar warga Kawasan secara umum berharap agar Pemerintah dan Pihak Berwajib agar turun menelusuri informasi mengenai hal ini. Mereka berharap tidak terjadi kesalahpahaman antara petugas dan warga. Setidaknya sebagai salah satu upaya dan langkah antisipasi, ujar salah seorang warga bernama Syahrir, warga Takabonerate.
Seperti diberitakan sebelumnya mengenai adanya ketegangan antara warga Takabonerate dari Rajuni yang berwisata ke Pulau Tinabo lalu merasa mendapat perlakuan yang menurut mereka tidak seharusnya diberikan ke mereka.
“Iya, sepertinya kita ini orang lain mi dari Pulau Rajuni, masak kita juga dikasi bayar padahal inikan bagian dari pulau kita juga, terus harganya juga sepertinya kemahalan, 15ribu per orang, ini sejak kapan diberlakukan?" ujar Anto, warga Pulau Rajuni yang ikut mengantar keluarganya ke Pulau Tinabo.
Menurutnya, ia tiba dengan perahu ke Pulau Tinabo pada Rabu (4/5/2022), namun setelah tiba di pantai Pulau Tinabo diminta untuk tidak berlabuh karena di pulau itu kedatangan tamu wisatawan asing. "Tapi kami bertahan dan bertanya, berapakah yang harus dibayar supaya kami bisa berwisata ke pulau ini ? dijawab oleh mereka petugas, 15 ribu rupiah per kepala," tutur Anto.
"Setahu kami, kami yang tinggal di sekitar pulau Tinabo tidak pernah di bebani pembayaran kalau ke sana, tapi sekarang sudah berbayar juga, mahal lagi. Setidaknya kami tahu dan kami akan sampaikan ini ke semua keluarga yang mau ke sana untuk bawa uang pembayaran karena kalau tidak bayar maka kita tidak bisa lagi menikmati keindahan pulau Tinabo," pungkas Anto. (R)