MEDIA SELAYAR. Ada pemandangan tak biasa yang terlihat di Pelabuhan Benteng, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (26/6). Pasalnya di atas kapal ferry KMP. Takabonerate yang baru saja tiba sekitar pukul 13.00 Wita dari 5 kecamatan kepulauan, tampak mengangkut puluhan ekor ternak.
Bahkan, nyaris setengah dari car dek dipenuhi puluhan ternak sapi dan beberapa ekor kuda yang berdesak-desakan. Sapi - sapi tersebut kemudian diturunkan di Pelabuhan Benteng, Selayar.
Akibatnya, jadwal pelayaran kapal ferry KMP. Takabonerate rute Pelabuhan Benteng menuju 5 kecamatan kepulauan yang sedianya diberangkatkan sekitar pukul 14.00 Wita terpaksa molor beberapa jam.
Jasmin, salah seorang pengguna jasa angkutan penyeberangan lintas Pelabuhan Benteng - Pelabuhan Kayuadi, kepada mediaselayar.com mengeluhkan hal tersebut.
"Kami sebagai penumpang sangat terganggu. Karena pada dasarnya, ini kan fery diperuntukkan untuk mengangkut penumpang. Namun faktanya, sebagian dari dek fery itu dipenuhi oleh puluhan ekor sapi dan beberapa kuda", ucap Jasmin.
Tetapi entahlah, apakah demi mengejar pemasukan sehingga manusia dan hewan diangkut atau dicampuradukkan dalam satu angkutan seperti ini.
Tidak hanya hari ini saja, pekan lalu pun saat berangkat dari Pulau Kayuadi menuju Benteng Selayar, KMP. Takabonerate juga mengangkut beberapa ekor ternak. Minggu lalu itu sapi dan kambing yang diangkut, kata Jasmin.
Lanjut, Jasmin menyampaikan keresahannya atas hal yang berulang-ulang tersebut. "KMP. Takabonerate sangat bau akibat kotoran ternak yang diangkut tersebut. Kita yang berada di dek atas saja masih mencium baunya, Pak. Itu keliatan sudah berapa centimeter mi itu kotoran binatang di dek bawah", ungkap Jasmin.
Selain itu, Jasmin juga menyayangkan keterlambatan keberangkatan KMP. Takabonerate rute Pelabuhan Benteng - Pelabuhan Kayuadi, akibat banyaknya hewan ternak yang harus diturunkan di Pelabuhan Benteng siang tadi.
"Bayangkan Pak, jika kapal berangkat pukul 19.00 Wita, tiba di pelabuhan Kayuadi besok pukul 01.00 Wita. Siapa yang bisa jemput masyarakat di pelabuhan, jam segitu tidurnya adek atau keluarga yang mau jemput", keluhnya.
Hilangmi yang namanya transportasi nyaman, yang ada adalah transportasi "Sessajaki", keluhnya lagi.
Untuk itu, Jasmin berharap kepada pengelola pelayaran KMP. Takabonerate agar lebih selektif dalam melakukan pemantauan pelayaran seperti ini. Karena persoalannya, ini juga binatang ternak ketika dicampuradukkan dengan manusia bisa menimbulkan penyakit. Kasian juga masyarakat, apalagi bau kotoran ternaknya itu loh Pak, kata Jasmin.
Dikonfirmasi terpisah, Sekcam Takabonerate Andi Caco Amras, mengatakan bahwa seharusnya untuk hewan ternak memiliki angkutan tersendiri yakni angkutan hewan.
"Ferry kan angkutan penumpang. Kalau kapal penumpang ya difungsikan untuk mengangkut orang. Janganlah orang disamakan dengan hewan, atau sebaliknya hewan disamakan dengan orang", ucap Andi Caco singkat.
Sementara itu, Supervisor ASDP Pelabuhan Jampea, Berni Satria Gemilang saat dikonfirmasi mengatakan bahwa keluhan tersebut akan ditindaklanjuti dengan terlebih dahulu akan menanyakan kepada syahbandar dan kapten kapal.
"Saya bertugas baru sekitar 2 minggu, Pak. Nanti saya konfirmasi ke Syahbandar dan Kapten KMP. Takabonerate, apakah memang kapal menjadi kotor dengan adanya pengangkutan ternak itu. Apalagi saat ini kita mau Idul Adha", ucap Gilang.
Nanti saya sampaikan ke Syahbandar dan Kapten KMP. Takabonerate, bagaimana caranya agar penumpang tidak terganggu. Intinya Kita kondisikanlah bagaimana baiknya Pak, kata Berni Satria Gilang. (Afd).