MEDIA SELAYAR. Buku edukasi siaga gempa berjudul "Anak Selayar Siaga Gempa" berhasil disusun oleh Tim pengabdian masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB) berkolaborasi dengan peneliti dan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Buku siaga gempa ini disusun untuk mengedukasi anak-anak di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Buku tersebut memuat pengetahuan dasar terkait kegempaan di sekitar wilayah Kepulauan Selayar.
Buku "Anak Selayar Siaga Gempa" ini disusun berdasarkan pengamatan lapangan dan penelitian berbasis kesenian yang melibatkan guru dan siswa di SDI Benteng Timur 112 Kepulauan Selayar.
Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Gabriella Alodia, yang sekaligus koordinator penyusunan buku Anak Selayar Siaga Gempa tersebut mengatakan bencana gempa merupakan hal baru bagi siswa dan guru yang berpartisipasi dalam penelitiannya.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa bencana gempa masih merupakan hal baru bagi siswa dan guru yang berpartisipasi. Hal ini bertolak belakang dengan potensi gempa di wilayah Kepulauan Selayar yang cukup besar, lantaran adanya berbagai sesar yang mengelilingi daerah kepulauan tersebut," kata Gabriella Alodia, pada Minggu (27/8/2023) malam.
Pembuatan buku "Anak Selayar Siaga Gempa" dan penelitian juga didasari peristiwa gempa bumi pada 14 Desember 2021 yang berpusat di Laut Flores, Kabupaten Kepulauan Selayar menjadi salah satu daerah yang terdampak.
Menurut tim peneliti, pemetaan risiko bencana tidak selalu bergantung kepada kedekatan sebuah lokasi terhadap sumber potensi bencana. Namun, juga bagaimana sebuah lokasi dipandang oleh masyarakat sekitar, terutama dari segi ekonomi.
Tim pengabdian melakukan penelitian berbasis kesenian yang dipimpin oleh dosen dan peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya UI Dr Abellia Anggi Wardani, untuk menggali persepsi guru dan siswa soal seperti apa kondisi yang aman dan yang tidak aman serta seperti apa masa depan Kabupaten Kepulauan Selayar, yang berkaitan dengan gempa dan tsunami.
Berdasarkan penelitian tersebut, gempa merupakan hal yang baru bagi guru dan siswa, bertolak belakang dengan potensi gempa bumi di wilayah tersebut karena Kepulauan Selayar dikeliling berbagai sesar.
Peneliti lainnya, Dr Saaduddin dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unhas, dalam salah satu interaksi dengan siswa, mendapat jawaban "lanjut menonton saja" ketika bertanya apa yang dilakukan jika terjadi gempa.
Jawaban-jawaban dari para guru dan murid menginspirasi tim peneliti, yang dipimpin oleh Dr rer nat Poerbandono dari ITB, untuk membuat buku edukasi tersebut.
Buku "Anak Selayar Siaga Gempa" akan memasuki proses produksi pada 2024, mempertimbangkan respons dan masukan dari guru dan siswa setelah purwarupa buku berformat pop-up tersebut diperkenalkan. Buku itu akan didistribusikan secara gratis ke sekolah-sekolah di Kepulauan Selayar.
Sebagai satu-satunya kabupaten yang terpisah dari daratan Sulawesi Selatan, kesiapsiagaan bencana menjadi hal yang perlu dipupuk sejak dini bagi penduduk Kepulauan Selayar. (ANTARA).