MEDIA SELAYAR - Keberadaan solar bagi sebagian besar nelayan di wilayah Kepulauan Selayar, khususnya di 6 desa di pulau-pulau kecil dalam Kawasan Takabonerate mulai sulit didapatkan. Selain krisis bahan bakar, harganya juga selangit dan bervariasi hingga 13 ribu rupiah perliter.
" Solar susah karena tidak banyak perahu yang datang dari Bulukumba dan Sinjai. Sementara pasokan dari Kabupaten Kepulauan Selayar boleh dibilang tidak ada, kalaupun ada maka harganya sangat mahal kalau solar Selayar, hingga 13 ribu perliter, jelas Muddasing, masyarakat nelayan Pulau Jinato, (11/8/2023).
Krisis solar sebenarnya bukan saat ini saja, tapi sudah lama terjadi, soalnya banyak yang takut muat dari Sinjai dan Bulukumba karena yang bisa dibawa hanya pemakaian kapal pengangkut ikan saja, kalau bawa lebih maka sering kena razia patroli, jelasnya lagi.
Bukan saja di Pulau Jinato tapi di Pulau Pasitallu Tambuna, Rajuni, dan Pulau Tarupa mengalami hal yang sama, ujarnya.
Krisis bahan bakar di pulau-pulau di Kepulauan Selayar yang berkepanjangan juga mendapat sorotan dari Pemerhati Pembangunan di Kepulauan. Pemerhati menyebut bahwa krisis terjadi karena kurangnya perhatian serius pemerintah kepada masyarakat pulau, dan merupakan cerminan ketidak mampuan wakil rakyat pulau memperjuangkan hak dasar rakyatnya. Hal ini ditegaskan oleh Irwan Cakrawala, Jumat (11/8/2023).
Bagaimana tidak krisis kalau kuota untuk masyarakat Kepulauan tidak sampai ke pulau, malah kalau ada yang mencoba membantu memuat bahan bakar bisa jadi tertangkap petugas. Lalu siapa yang sebenarnya bertanggungjawab atas hal ini ? Pemerintah, Pihak Berwajib atau wakil rakyat di DPRD ? Entahlah, karena semua hanya bisa berteori, ketus Irwan.
Menjelang HUT RI Ke 78, masyarakat di pulau-pulau kecil di wilayah Kepulauan Selayar berharap agar Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, Pemerintah Propensi Sulawesi-Selatan dan Pemerintah Pusat bisa lebih serius memperhatikan kebutuhan dasar masyarakat di wilayah Kepulauan Selayar, karena mereka juga adalah bagian dari Rakyat Indonesia, pungkas Irwan Cakra.